Penjelasan dan Contoh Majas Antonomasia - Majas antonomasia merupakan sebuah ungkapan dengan gaya bahasa yang menyatakan suatu hal dengan menjelaskan sifat atau karakteristik dari hal tersebut. Dalam majas ini sifat atau karakteristik tersebut dijadikan sebagai identitas pengganti nama atau nama lain dari suatu hal yang dinyatakan dalam kalimat. Agar lebih jelas, perhatikan contoh kalimat majas antonomasia berikut:
Contoh:
1. Si gemuk itu berlari sekuat tenaga hingga napasnya habis ketika dirinya dikejar anjing.
Penjelasan:
Majas antonomasia dalam kalimat di atas ditunjukkan dalam peryataan sifat “si gemuk”. Sapaan “si gemuk” telah menjadi pengganti identitas dan penjelasan terhadap nama atau sapaan lainnya pada subyek.
2. Dodo selalu mampu menjawab pertanyaan pada soal ujian fisika di kelasnya, tak heran jika dirinya dijuluki sebagai si cerdas.
Penjelasan:
Pada kalimat di atas sapaan “si cerdas” merupakan suatu identitas pengganti dari subyek. Sapaan tersebut juga menjelaskan tentang sifat dan karakteristik dari subyek yang melengkapi peryataan penjelasan lainnya dalam kalimat.
Perhatikan lagi beberapa kalimat majas antonomasia pada contoh 3 – 45 berikut :
3. Si pintar itu kini berhasil mendapatkan beasiswa dari delapan universitas negeri ternama di Indonesia.
4. Aku malas bertemu dengan si cerewet itu, ia selalu saja membuat telingaku panas.
5. Kenapa lagi dengan si pembuat onar itu? selalu saja membuat masalah di mana saja.
6. Kemana perginya si pemalas itu? Selalu saja menemukan tempat yang bagus untuk membolos sekolah.
7. Apa kau sadar bahwa kau dijuluki sebagai si dungu? Bahkan kerbau saja malu disamakan dengan dirimu.
8. Kenapa si manis dan cantik itu tak masuk sekolah hari ini?
9. Mengapa si gemuk temanmu itu tidak juga mau memperbaiki pola makannya? Bukankah ia ingin memiliki tubuh yang ideal?
10. Sungguh aku rindu dengan si mata indah itu, kapan kau bisa mempertemukanku dengannya lagi?
11. Kemana perginya si rambut ikal itu? Berani-beraninya ia mencuri buku gambar milikku.
12. Aku ingin bertanya banyak hal tentang keluarga besarku pada si jangkung itu, ternyata ia adalah salah seorang kerabat jauhku.
13. Bagaimana kau bisa berteman dengan si gimbal yang urakan itu? Apa kau ingin mendapat pengaruh buruk darinya?
14. Kenapa si rambut keriting penjual kue basah itu belum juga muncul? Padahal aku ingin memborong semua kue dagangannya.
15. Sungguh aku tak tahan menahan tawa ketika mendengan celotehan si pembual itu.
16. Sudah kukatakan padamu agar tidak lagi bicara dengan si pembohong itu.
17. Aku sangat senang sekali bisa berkenalan dengan si mata bulat yang cantik itu.
18. Esok aku tidak akan terlambat ke sekolah lagi, aku malas berurusan dengan si kumis panjang itu.
19. Si tubuh mungil itu sungguh membuat hatiku menangis menahan rindu.
20. Kelas ini terasa sangat sepi tanpa hadirnya si tukang melucu itu.
21. Aku tertawa terbahak-bahak ketika mendengar si kurus bersumpah bahwa dalam seminggu ia akan berusaha menjadi gemuk.
22. Aku tak suka melihat si kaca mata itu mendekati gadis incaranku.
23. Si rambut indah itu akan kucari tahu siapa nama dan nomor handphonenya.
24. Sungguh si hidung mancung yang menyebalkan, mengapa ia bisa menjadi pusat perhatian para gadis secepat itu?
25. Si pintar berwajah manis itu tersenyum kepadaku dari kejauhan.
26. Mengapa aku harus duduk sebangku dengan si bodoh ini?
27. Sungguh menyebalkan jika aku harus duduk sebangku dengan si pembual ini.
28. Heri dijuluki dengan sebutan si pendek di kelasnya, namun ia tak memperdulikan hal remeh temeh semacam itu.
29. Karena sederet pengalamannya dalam menaklukkan hati wanita, kini ia dijuluki sebagai sang penakluk hati.
30. Ia telah berganti pasangan sebanyak puluhan kali, teman-temanku menjulukinya dengan sebutan sang petualang cinta.
31. Si lemah lembut itu memiliki banyak teman karena merasa nyaman dengan keramah-tamahannya.
32. Kini tak ada satupun siswa yang mau menjadi teman dari si pemarah itu.
33. Si pecundang itu selalu saja gagal dalam hal apapun.
34. Kapan si guru tampan itu mengajar di kelas kita lagi?
35. Meskipun penampilannya tak rupawan, si tambun itu memiliki banyak teman yang sayang padanya.
36. Aku tertawa terpingkal-pingkal melihat si gemuk itu berlari seperti bula besar yang menggelinding.
37. Alangkah senagnya hatiku ketika si cantik itu tersenyum padaku.
38. Jika tiba waktunya aku akan meminang si rambut indah itu.
39. Memangnya kau pikir siapa yang mau berteman dengan si congkak itu?
40. Kuperingatkan agar kau tidak terlalu dekat dengan si penghianat itu!
41. Jika ada kesempatan, aku akan mengobrol lebih dekat dengan si pintar itu.
42. Sungguh menyenangkan berbincang-bincang dengan si ramah itu.
43. Hatiku bergetar saat si murah senyum itu menyunggingkan bibirnya dengan sedikit memejamkan matanya kepadaku.
44. Si murah hati itu telah banyak sekali berbuat baik padaku dan keluargaku.
45. Aku tak mau berurusan dengan si pemarah berotot besar itu.
46. Sungguh aku tak akan menemui si mulut besar yang selalu saja membuat hatiku panas.
Sumber: Wikipedia.org/kelasindonesia.com
Contoh:
1. Si gemuk itu berlari sekuat tenaga hingga napasnya habis ketika dirinya dikejar anjing.
Penjelasan:
Majas antonomasia dalam kalimat di atas ditunjukkan dalam peryataan sifat “si gemuk”. Sapaan “si gemuk” telah menjadi pengganti identitas dan penjelasan terhadap nama atau sapaan lainnya pada subyek.
2. Dodo selalu mampu menjawab pertanyaan pada soal ujian fisika di kelasnya, tak heran jika dirinya dijuluki sebagai si cerdas.
Penjelasan:
Pada kalimat di atas sapaan “si cerdas” merupakan suatu identitas pengganti dari subyek. Sapaan tersebut juga menjelaskan tentang sifat dan karakteristik dari subyek yang melengkapi peryataan penjelasan lainnya dalam kalimat.
Perhatikan lagi beberapa kalimat majas antonomasia pada contoh 3 – 45 berikut :
3. Si pintar itu kini berhasil mendapatkan beasiswa dari delapan universitas negeri ternama di Indonesia.
4. Aku malas bertemu dengan si cerewet itu, ia selalu saja membuat telingaku panas.
5. Kenapa lagi dengan si pembuat onar itu? selalu saja membuat masalah di mana saja.
6. Kemana perginya si pemalas itu? Selalu saja menemukan tempat yang bagus untuk membolos sekolah.
7. Apa kau sadar bahwa kau dijuluki sebagai si dungu? Bahkan kerbau saja malu disamakan dengan dirimu.
8. Kenapa si manis dan cantik itu tak masuk sekolah hari ini?
9. Mengapa si gemuk temanmu itu tidak juga mau memperbaiki pola makannya? Bukankah ia ingin memiliki tubuh yang ideal?
10. Sungguh aku rindu dengan si mata indah itu, kapan kau bisa mempertemukanku dengannya lagi?
11. Kemana perginya si rambut ikal itu? Berani-beraninya ia mencuri buku gambar milikku.
12. Aku ingin bertanya banyak hal tentang keluarga besarku pada si jangkung itu, ternyata ia adalah salah seorang kerabat jauhku.
13. Bagaimana kau bisa berteman dengan si gimbal yang urakan itu? Apa kau ingin mendapat pengaruh buruk darinya?
14. Kenapa si rambut keriting penjual kue basah itu belum juga muncul? Padahal aku ingin memborong semua kue dagangannya.
15. Sungguh aku tak tahan menahan tawa ketika mendengan celotehan si pembual itu.
16. Sudah kukatakan padamu agar tidak lagi bicara dengan si pembohong itu.
17. Aku sangat senang sekali bisa berkenalan dengan si mata bulat yang cantik itu.
18. Esok aku tidak akan terlambat ke sekolah lagi, aku malas berurusan dengan si kumis panjang itu.
19. Si tubuh mungil itu sungguh membuat hatiku menangis menahan rindu.
20. Kelas ini terasa sangat sepi tanpa hadirnya si tukang melucu itu.
21. Aku tertawa terbahak-bahak ketika mendengar si kurus bersumpah bahwa dalam seminggu ia akan berusaha menjadi gemuk.
22. Aku tak suka melihat si kaca mata itu mendekati gadis incaranku.
23. Si rambut indah itu akan kucari tahu siapa nama dan nomor handphonenya.
24. Sungguh si hidung mancung yang menyebalkan, mengapa ia bisa menjadi pusat perhatian para gadis secepat itu?
25. Si pintar berwajah manis itu tersenyum kepadaku dari kejauhan.
26. Mengapa aku harus duduk sebangku dengan si bodoh ini?
27. Sungguh menyebalkan jika aku harus duduk sebangku dengan si pembual ini.
28. Heri dijuluki dengan sebutan si pendek di kelasnya, namun ia tak memperdulikan hal remeh temeh semacam itu.
29. Karena sederet pengalamannya dalam menaklukkan hati wanita, kini ia dijuluki sebagai sang penakluk hati.
30. Ia telah berganti pasangan sebanyak puluhan kali, teman-temanku menjulukinya dengan sebutan sang petualang cinta.
31. Si lemah lembut itu memiliki banyak teman karena merasa nyaman dengan keramah-tamahannya.
32. Kini tak ada satupun siswa yang mau menjadi teman dari si pemarah itu.
33. Si pecundang itu selalu saja gagal dalam hal apapun.
34. Kapan si guru tampan itu mengajar di kelas kita lagi?
35. Meskipun penampilannya tak rupawan, si tambun itu memiliki banyak teman yang sayang padanya.
36. Aku tertawa terpingkal-pingkal melihat si gemuk itu berlari seperti bula besar yang menggelinding.
37. Alangkah senagnya hatiku ketika si cantik itu tersenyum padaku.
38. Jika tiba waktunya aku akan meminang si rambut indah itu.
39. Memangnya kau pikir siapa yang mau berteman dengan si congkak itu?
40. Kuperingatkan agar kau tidak terlalu dekat dengan si penghianat itu!
41. Jika ada kesempatan, aku akan mengobrol lebih dekat dengan si pintar itu.
42. Sungguh menyenangkan berbincang-bincang dengan si ramah itu.
43. Hatiku bergetar saat si murah senyum itu menyunggingkan bibirnya dengan sedikit memejamkan matanya kepadaku.
44. Si murah hati itu telah banyak sekali berbuat baik padaku dan keluargaku.
45. Aku tak mau berurusan dengan si pemarah berotot besar itu.
46. Sungguh aku tak akan menemui si mulut besar yang selalu saja membuat hatiku panas.
Sumber: Wikipedia.org/kelasindonesia.com
Penjelasan dan Contoh Majas Antonomasia
4/
5
Oleh
Elegan